Loading...

Nov 24, 2018

Anak Muda yang Membuka Jalan Kreatif Untuk Hidup di Pedesaan Jepang

Anak Muda yang Membuka Jalan Kreatif Untuk Hidup di Pedesaan Jepang photo


Perjalanan Shinya Iwase menuju kehidupan pedesaan di Prefektur Shizuoka, Jepang Tengah, berawal dari tempat yang sudah dikenal oleh banyak orang, bukan negara maupun kota, melainkan sebuah kampung halaman.


Seperti yang sering terjadi pada kalangan muda dan di tempat-tempat yang dianggap layak, Iwase (37) mengikuti keinginannya untuk meninggalkan kampung halamannya di distrik Hamamatsu Prefektur Shizuoka dan pindah ke Tokyo untuk belajar di universitas pertanian.


“Saya menempuh pendidikan di sekolah menengah yang mengkhususkan bidang bisnis dan sektor komersial, tetapi saya merasa bahwa industri lah yang akan menjadi utamanya, daripada pekerjaan yang melibatkan pergerakan uang atau hanya menghasilkan keuntungan yang akan menjadi lebih penting bagi Jepang.”

 

Pelajaran Iwase di universitas membawanya ke luar negeri, ke berbagai komunitas pedesaan di Malaysia dan Indonesia. Setelah lulus ia menemukan jalannya di bidang desain bangunan, mengerjakan proyek perkantoran dari sebuah perusahaan arsitektur di ibukota Jepang sebelum pindah kembali ke Hamamatsu, tempat ia tinggal dan bekerja selama 10 tahun kemudian, menjalani hidup dengan sebuah struktur yang melibatkan kehidupan perkantoran. 


Tetapi dengan banyaknya jam malam dan sedikitnya waktu untuk liburan, Iwase merasa bahwa gaya hidup seperti itu bukanlah untuknya.

 

“Saya ingin mencoba tinggal di pedesaan, jadi karena itulah saya pergi berkeliling Jepang selama sekitar satu tahun, kadang-kadang tidur di mobil saya. Ketika saya sedang bepergian, saya mendaftarkan diri ke program WOOF, tinggal dan bekerja dengan para petani dengan imbalan makanan dan tempat tinggal, sebagian besar berada di sekitar wilayah Laut Pedalaman, “ kata Iwase saat makan malam di pusat pedesaannya, yaitu kota Enshu Morimachi, di bagian barat prefektur Shizuoka.

 

Melalui program WOOF yang sama itulah mengawali datangnya Iwase ke Morimachi, tempat ia tinggal selama sebulan, di sebuah kawasan pegunungan, semacam tempat yang membuat Anda mengambil air dari gunung, menghangatkan air mandi dengan menggunakan kayu bakar. 


"Ada banyak tempat seperti itu di Morimachi, di kawasan yang lebih dalam di area pegunungan," katanya kepada kami dengan antusias.


Mungkin itu adalah antusiasme yang sama saat Iwase bersemangat untuk membawa kami ke izakaya (sebuah kedai yang biasanya menjual sake) lokal, Sasagawa (ささ川) di pusat kota, tempat kami duduk saat ini, yang ia gambarkan dengan kata "deep" - sebuah kosa kata dalam bahasa Inggris yang digunakan oleh orang Jepang untuk menggambarkan sesuatu yang otentik, yang belum diketahui banyak orang. Saat tiba di izakaya yang deep ini, Iwase mendapat sambutan hangat dari warga lokal, sebuah tanda awal yang menunjukkan bahwa inilah pedesaan Shizuoka, dan mungkin menggambarkan pedesaan Jepang secara keseluruhan, yang berpotensi menjadi daya tarik.



Anak Muda yang Membuka Jalan Kreatif Untuk Hidup di Pedesaan Jepang photo


Hingga saat ini Iwase telah berada di Morimachi selama lebih dari dua tahun, hidup dan bekerja di sebuah bangunan tua yang menawan di pusat kota, yang telah ia ubah sebagian menjadi sebuah penginapan.


Keputusan untuk tetap tinggal di sudut pedesaan Jepang merupakan sesuatu yang telah mengakar (sebagian besar) pada orang Jepang, walaupun di sisi lain dikarenakan oleh suasana kota tua yang mendukung.


“Saya adalah anak laki-laki pertama di dalam keluarga saya. Jadi, di Jepang, hal inilah yang memberikan rasa kesetiaan tersendiri terhadap kampung halaman, sebuah kewajiban untuk menjaga orang tua dan keluarga di rumah. Budaya ini masih ada di Jepang, terutama di kawasan pedesaan.”


Setelah memilih Morimachi, berjarak sekitar 40 menit dari Hamamatsu, sebagai tempat ia untuk menjalani kehidupan pedesaan, Iwase mempelajari tentang chiiki okoshi kyouryoku-tai (地域おこし協力隊 - tidak ada terjemahan resmi untuk ini tetapi dapat diartikan seperti "Relawan Kerjasama Pembangunan Regional" ), sebuah program pemerintahan yang mendukung pembangunan pedesaan dan para pemuda yang ingin pindah ke daerah-daerah tersebut.


“Anak-anak muda berfokus pada tempat-tempat seperti Tokyo dan Osaka untuk mencari pekerjaan. Orang-orang ini keluar dari pedesaan sehingga populasi di area tersebut menurun. Tetapi di antara beberapa orang muda itu ada juga yang memilih kehidupaan pedesaan yang lebih santai, daripada kehidupan Tokyo yang sibuk,” kata Iwase.


Program ini dikelola oleh pemerintah lokal, merekrut dan mendukung orang-orang muda ini dalam perpindahan mereka ke pedesaan, memberikan penghasilan pokok selama tiga tahun.

“Sebagai gantinya mereka mengerahkan tenaga mereka untuk area tersebut memberikan bantuan misalnya seperti bertani, atau dalam kasus saya, saya membantu membuat jalur pendakian dengan penduduk setempat, dan sekarang, saya menggunakan produk lokal untuk membuat makanan ringan dan makanan manis dengan siswa-siswa SMA," Iwase bercerita kepada kami, menyebutkan kegiatan apa saja yang telah ia lakukan sejak pindah ke kota tersebut.


Menurut Iwase kini ada sekitar 5.000 orang yang telah terdaftar dalam program ini, mereka tinggal dan bekerja di daerah pedesaan Jepang. Sebuah angka yang ia rasa sebagai hal yang positif dan sebagai bukti yang menunjukkan adanya peningkatan keinginan dalam generasi muda Jepang untuk meninggalkan kota.


“Mungkin mereka (para pemuda) merasa bahwa di pedesaan akan ada lebih sedikit saingan di bidang yang ingin mereka coba. Kehidupan lokal lebih menarik dan semakin banyak orang yang lebih menghargai dalam melakukan hal-hal yang mereka anggap menarik,” kata Iwase, berspekulasi tentang alasan di balik pergeseran sikap yang terlihat nyata.


"Mungkin orang-orang merasa bahwa terlalu banyak fokus pada Tokyo."


Sementara Iwase merasa bahwa penghasilan pokok yang diberikan oleh program ini cukup baginya, ia sadar bahwa bantuan ini akan berakhir yang kemudian membuatnya dan orang-orang lainnya berada di posisi untuk bisa berjuang sendiri.


Dengan terus fokus untuk melanjutkan gaya hidup pedesaannya, Iwase merenovasi lantai dua rumahnya di Morimachi, mengubahnya menjadi sebuah penginapan yang dibuka pada bulan Agustus 2017.

 

Guesthouse Mori to Machi / ゲストハウス森と町 (sebelumnya toko makanan manis tradisional Jepang), adalah sebuah bangunan indah yang menghadap salah satu jalan tua di Morimachi yang membuat kota ini memiliki julukan “Little Kyoto”.



Anak Muda yang Membuka Jalan Kreatif Untuk Hidup di Pedesaan Jepang photo

(Rumah dan wisma Iwase di Enshu Morimachi, dalam persiapan untuk festival lokal)


Anak Muda yang Membuka Jalan Kreatif Untuk Hidup di Pedesaan Jepang photo

Anak Muda yang Membuka Jalan Kreatif Untuk Hidup di Pedesaan Jepang photo


Penginapan ini memiliki kamar dengan tatami (tikar tradisional Jepang) untuk keluarga yang menghadap ke jalan, sebuah twin room, dan tempat tidur susun yang dilengkapi dengan tirai. Di lantai bawah Iwase menunjukkan kepada kami area bersama yang kadang ia gunakan untuk mengadakan live music dan bar, dan teras yang dibangun memanjang dari dapur umum untuk melihat ke arah ke taman.


Bermalam di Guesthouse Mori to Machi membuat saya dapat merasakan bagaimana masa lalu Morimachi, yaitu sebagai tempat pemberhentian populer bagi wisatawan yang melakukan perjalanan di wilayah tersebut selama periode Edo. Sementara para wisatawan saat ini mengikuti rute yang berbeda, mereka mencari jalan untuk menuju ke kota.


"Kami berada di tengah-tengah antara Tokyo dan Kyoto, jadi banyak orang mampir di tengah perjalanan mereka dari kedua tempat tersebut," kata Iwase dari para tamu penyewa kamar. Sekitar dua puluh persen di antaranya adalah orang asing, sebagian besar dari negara barat.


Di saat inilah pemilik izakaya tiba-tiba menyela untuk menunjukkan kepada kami sebuah pesan yang ia terima dari seorang wisatawan asing yang mampir di Morimachi saat perjalanannya ke Tokyo dari Jepang bagian barat dengan bersepeda. Kami diberitahu bahwa mereka ingin berdoa agar mereka selamat selama perjalanan di salah satu kuil setempat.


Anak Muda yang Membuka Jalan Kreatif Untuk Hidup di Pedesaan Jepang photo

(Sambutan hangat - Pemilik dan staf di izakaya Sasagawa, Enshu Morimachi)


Iwase telah memandu para wisatawan keliling kota. Ia selalu ingin mencari tahu tentang apa yang sebaiknya dilakukan oleh wisatawan lainnya yang singgah di Morimachi. Antusiasme hangat Iwase muncul kembali ketika ia memberitahu kami tentang tur di sepanjang jalur sepeda gunung di daerah tersebut (jalur yang pembuatannya telah ia bantu), berkano di sepanjang sungai, memancing saat musim panas, dan kesenangan sederhana yang bisa didapat dari berjalan menuju pegunungan sekitar untuk berkemah dan menyeduh teh atau kopi menggunakan air yang didapatkan dari sumber mata air alami.


Tinggal lama di tempat seperti itu, ya, memang terlihat jelas bahwa Iwase menikmati kehidupan pedesaan di lokasi yang telah ia pilih sendiri dan ia pun meyakini bahwa hal ini juga dirasakan oleh lainnya.


“Misalnya, melihat orang yang bekerja di pertanian tidak hanya sebagai petani tetapi bekerja secara kreatif, dengan menggunakan produk yang mereka tanam, katakanlah, membuka restoran sendiri, mengadakan acara, atau membuat omiyage (oleh-oleh khas daerah) dan makanan ringan mereka sendiri. Menurut saya, semakin kreatif Anda dengan pertanian, maka akan semakin menyenangkan rasanya.”


Pemikiran seperti itu mungkin dianggap progresif di Jepang, karena peran di tempat kerja sering kali ditentukan secara ketat, dan menghambat. Iwase menjelaskan bahwa orang-orang yang membuat sesuatu biasanya hanya membuat saja, begitu juga dengan orang-orang yang kemudian menjualnya, sehingga menimbulkan tidak adanya kesinambungan di antara tahapan-tahapan dalam proses tersebut.


"Menjual (langsung ke konsumen) hal-hal yang Anda hasilkan sendiri, begitu juga hasil pertanian, pasti lebih memuaskan," lanjutnya.


“Jika jumlah orang yang melakukan hal seperti ini meningkat, kehidupan lokal akan menjadi lebih menarik, orang-orang muda akan kembali ke Morimachi, dan yang lainnya pun akan pindah ke sini. Saya ingin membantu menciptakan situasi seperti ini. ”


Dan meskipun Iwase tampaknya menyadari bagaimana tantangan kehidupan pedesaan di Shizuoka, atau di pedesaan Jepang secara keseluruhan, ia tampak sangat menikmatinya dan tidak menunjukkan adanya keinginan untuk kembali ke kota.


“Saya telah menghabiskan waktu lama menjalani kehidupan perkantoran, jadi dari segi pekerjaan saya menyukainya, saya bisa memutuskan sendiri apa yang akan saya lakukan besok. Tentu saja, itu tidak terbatas pada Morimachi.”



Untuk lebih lanjut tentang kehidupan pedesaan di Jepang ...


Enshu Mori matsuri menampilkan semangat pedesaan Jepang dengan semangat terbaiknya





Guesthouse Mori ke Machi


Facebook: @morimachiguesthouse



By City-Cost
source

City-Cost

City-Cost

Ini adalah halaman hasil terjemahan versi Bahasa Inggris. Silakan cek versi originalnya di sini -> https://www.city-cost.com